Dibuat Tanggal 19-07-2021
WUKUF ARAFAH, Momentum TAUBAT NASIONAL dan GLOBAL
Oleh: Dr Ahmad Kusyairi Suhail, MA
Sekjen IKADI dan dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pimpinan PonPes YAPIDH Bekasi
Wukuf di Arafah adalah merupakan rukun haji yang terpenting. Sampai Nabi SAW bersabda,
الحج عرفة
Al Hajju ‘Arafah, Haji itu Arafah (HR At Tirmidzi, dan dishahihkan Syekh Albani dalam Shahih At Tirmidzi, no. 889)
Beliau tidak mengatakan, Al Hajju Mina (Haji itu Mina) atau Al Hajju Thawaf (Haji itu Thawaf) dan seterusnya. Begitu pentingnya wukuf di Arafah, jama’ah haji yang sakit parah sekalipun tetap harus melaksanakan wukuf di Arafah, tidak boleh tidak, demi keabsahan ibadah hajinya.
Hari Arafah adalah hari yang istimewa dan memilki kemuliaan yang luar biasa. Di antaranya;
- Hari Arafah adalah hari terkabulnya doa dan doa di Hari Arafah adalah doa terbaik
Sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada,
خَيْرُ الدُّعاءِ دُعاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَناَ وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ (لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ)
“Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir.” (HR At Tirmidzi, no. 3585, dishahihkan Syekh Albani).
- Hari Arafah adalah hari pembebasan dari api neraka
Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan seseorang dari neraka melebihi hari Arafah. Sesungguhnya Allah akan mendekati mereka lalu akan menampakkan (membanggakan) keutamaan mereka pada para malaikat, kemudian Allah berfirman, Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348).
- Hari Arafah adalah hari yang dibanggakan Allah ketika melihat para hamba-Nya bersungguh-sungguh beribadah dan bertaubat
Di dalam riwayat lain,
Allah sangat bangga dengan hamba-hamba-Nya yang melaksanakan wukuf di Arafah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً
“Sesungguhnya Allah berbangga di hadapan para malaikat-Nya pada sore Arafah, dengan orang-orang (yang wukuf) di Arafah, dan berfirman, “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad, II/224. Menurut Syaikh Al Arnauth, sanadnya La ba’sa bihi, masuk dalam katagori hadits yang masih bisa diterima).
- Hari Arafah adalah pengampunan dosa
Dari Qatadah Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab: “Menghapuskan dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang.”
(H.R. Muslim, no. 1162).
Bayangkan puasa di hari Arafah yang hanya 1 hari (bahkan hanya sekitar 14 jam untuk kita di Indonesia) dapat mengampuni dosa 730 hari. Allahu Akbar!
Hari Arafah Momentum Muhasabah dan Taubah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia yang telah mendapatkan jaminan pengampunan dosa, telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Di hari Arafah seperti ini, ketika beliau wukuf di Arafah dalam haji wada’, beliau berdo’a menengadahkan kedua tangannya dalam waktu yang sangat panjang sekali, sejak masuk waktu zhuhur hingga terbenam matahari. Kalau dihitung sekitar enam jam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a, tanpa diselingi dengan kegiatan atau kesibukan yang lain, sekali lagi hanya berdo’a dan munajat kepada Allah, padahal Allah telah melindungi beliau dari dosa dan mengampuni kesalahannya.
Bagaimana dengan kita yang blepotan dengan dosa? Bagaimana dengan kita yang masih banyak salah dan khilaf? Bukankah, seharusnya jauh lebih panjang dalam berdo’a dan memohon ampunan Allah???
Hari Arafah ini adalah momentum terbaik bagi seluruh elemen negeri untuk instropeksi diri (Muhasabah) dan bersimpuh diri kembali kepada Allah, mengharap ampunan Ilahi dan melepas semua keburukan dan kezhaliman (Taubah).
Apalagi, di saat kita masih diuji dengan pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini, maka hari Arafah ini harusnya menjadi momentum bagi seluruh anak bangsa dan bahkan dunia; mulai dari pejabat hingga rakyat untuk mengenali diri dan tujuan hakiki hadir di bumi ini. Momentum terbaik untuk melakukan Taubat Nasional dan Global.
Sebab, lafazh ‘Arafah dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘Arafa yang bermakna mengetahui, mengenal dan mengenali. Karena itu, ritual wukuf di Arafah, dapat dimaknai oleh setiap muslim sebagai momentum untuk ‘arafa nafsahu, mengenal diri masing-masing, dari apa dan untuk apa ia diciptakan oleh Allah. Pengenalan diri yang kuat dapat menjauhkan manusia dari sifat sombong, takabbur dan egois. Pengenalan diri yang baik dapat memotivasi seseorang untuk tampil menjadi manusia yang amanah dan memiliki mas’uliyah (tanggung jawab).
Karena itu, wukuf di Arafah, bagi jamaah haji maupun non jamaah haji, keduanya diharapkan untuk memanfaatkannya sebagai ritual penguatan sisi spiritual. Dengan memperbanyak ibadah, seperti puasa (bagi non jamaah haji), istighfar, dzikir dan doa serta menangisi dosa-dosa dan mengharap ampunan dan rahmat Allah Ta’ala.
Sementara kata Wuquf dalam bahasa Arab berasal dari kata waqafa yang berarti berhenti dan diam. Hal ini memberikan pelajaran penting kepada kita, untuk menjadikan momentum wukuf di Arafah untuk berhenti dan tidak melampaui batas-batas Allah. Mulai dari pemimpin dan pejabat hingga masyarakat harus wukuf, berhenti dari berbuat zalim. Berhenti dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan tipu menipu serta semua keburukan yang dapat menenggelamkan kapal besar kita yang bernama “Indonesia”.
Imam Ibnu Rajab menyebutkan riwayat yang dinisbatkan kepada Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
“Barangsiapa belum berkesempatam Wukuf di Arafah, maka hendaknya ia wuquf (berhenti/tidak melampaui batas) pada batasan-batasan Allah yang ia ketahui. Barangsiapa tidak sempat mabit (bermalam) di Muzdalifah, maka hendaknya ia me mabit kan (meniatkan dari malam) tekadnya untuk taat kepada Allah supaya dapat selalu dekat kepada-Nya. Barangsiapa tidak mampu menyembelih hadyu (hewan sembelihan) di Mina, maka hendaknya ia sembelih hawa nafsunya di sini agar sampai kepada muna (keinginan dan cita-citanya). Dan barangsiapa tidak dapat sampai ke Baitullah karena jarak yang jauh, maka hendaknya ia menjadikan Rabbu’l Bait (Tuhan Baitullah/Ka’bah) sebagai tujuannya, karena sesungguhnya Dia (Allah) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” ( Lathaaifu’l Ma’arif, hal. 310).
Semoga Allah mudahkan kita semua untuk wuquf, intropeksi diri dan berhenti dari segala keburukan sehingga menguat spiritual dan hubungan sosial kita, dan kita semua meraih kebaikan dunia dan akhirat.
Mari kita teladani Nabi di hari mulia ini, dengan menengadahkan kedua tangan kita, dari sejak zhuhur hingga maghrib, atau minimal dari bakda asar hingga maghrib, memohon dengan sungguh-sungguh pengampunan Ilahi. Siapa pun kita, apa pun profesi kita, mari kita bulatkan tekad untuk Taubat Nasional, yakinlah Allah pasti akan menganugerahkan kebaikan diri dan negeri dan secepatnya mengangkat pandemi ini, seperti apa yang disebutkan Allah tentang Nuh ‘alaihissalam yang berkata kepada kaumnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا، وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS. Nuh: 10-12).
Allahumma Amin…
Bekasi, 9 Dzulhijjah 1422 H / 19 Juli 2021