Teks KHUTBAH IDUL FITHRI 1442 H
BERSAMA MENEBAR KEBAIKAN UNTUK SELURUH UMAT
Oleh: Dr. H. Atabik Luthfi, Lc, MA
اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَر اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ـ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اَلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ . اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
.
فيا ايها المؤمنون والمؤمنات:أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون واتقوا الله حق تـقاته ولاتموتن إلاوانتم مسلمون
Hadirin kaum muslimin dan muslimat jama’ah shalat Idul Fithri Rahimakumullah
Maha Besar Allah, kepada-Nya segala makhluk tunduk dan berharap!
hanya kepada-Nya kita beribadah dan memohon pertolongan. Hanya kepadaNya pula kita mengarahkan dzikir, do’a dan munajat kita. Ditangan-Nya segala kekuasaan. Dia penebar rahmat untuk segenap alam. Karenanya kita senantiasa kumandangkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil, saat menyambut datangya ‘Idul fithri setelah sebulan berpuasa yang mengantarkan kita ke gerbang takwa. لعلكم تتقون dengan kebaikan yang meningkat. Terlebih kita tetap mampu bersabar dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah Ramadhan meskipun di suasana wabah pandemi covid 19. ! Allahu Akbar.
‘Idul fithri’ tahun 1442 H ini, masih dalam suasana berjuang menghadapi pandemi covid 19, meskipun sedikit sudah dapat bernafas lega karena sudah diperbolehkan shalat berjama’ah taraweh dan Idul Fithri, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Setidaknya, suasana kebersamaan di Idul Fithri layak untuk disyukuri, khususnya dalam konteks ibadah dan amal shalih yang lebih maksimal dijalankan, dibanding Ramadhan dan Idul Fithri tahun 1441 H.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd
Idul Fithri secara makna diidentikkan dengan dua hal pokok, yaitu kembali fithr dalam arti berbuka makan dan minum di siang hari, setelah sebulan sebelumnya tidak diperkenankan makan sepanjang hari. Atau identik dengan fithrah, dalam arti kembali kepada kesucian; kesucian hati dan jiwa (tazkiyatun nafs), kesucian pikiran (tazkiyatul fikrah), kembali kepada kemurnian agama, sebagaimana isyarat dari hadits Nabi saw:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari Muslim).
Atau Fithrah dalam pengertian sunatullah: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptkan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30).
Makna komprehensif inilah yang dipahami oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya: “Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini: “Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah (lurus dan benar). Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenal-Nya, mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak disembah selain Allah”.
Alangkah baiknya bila ‘Idul fithri dijadikan sebagai momentum menebar segala jenis kebaikan, karena itu merupakan tuntunan fithrah. Terlebih setelah sukses berbuat banyak kebaikan sepanjang Ramadhan, yang diawali dan ditandai dengan kembali mempererat ukhuwwah memperbanyak silaturrahim, saling mendo’akan dengan ucapan: “Taqabbalallahu minna wa minkum”. Saling memaafkan dan saling mengasihi, terlebih ketika kita diikat dengan kesamaan keadaan menghadapi wabah pandemi covid 19. Semuanya dapat berperan dan berkontribusi sesuai bidangnya, sebagai bagian ikhtiyar mengakhiri pandemi covid 19 ini.
Dalam konteks keumatan, kita wujudkan perhatian dan pembelaan kemanusiaan terhadap saudara-saudara kita di Palestina yang berpuasa dan ber hari raya dalam kondisi harus berhadapan dengan tentara Israel, sebagai wujud menjalankan amanah Pembukaan UUD 1945, yaitu turut serta dalam pergaulan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Secara filosofis, Inti dari seluruh amaliah Ramadhan yang beragam selama satu bulan penuh adalah membersihkan dan mensucikan diri dari dosa, seperti yang diisyaratkan oleh hadits Rasulullah saw
,مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya“. (HR. Muslim)
Dengan modalitas hati yang bersih, jiwa yang murni, dan pikiran yang jernih, akan mudah menjalankan kebaikan dan berat melakukan kemaksiatan, seperti yang tercermin dalam amaliah Ramadhan yang meningkat signifikan. Itulah salah satu makna implementatif dari firman Allah swt ( (فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ “Maka Kami mudahkan dia untuk kemudahan”. (QS. Al-Lail: 7). Sahabat Ibnu Abbas ra menafsirkan ‘kemudahan di ayat ini dalam arti mudah menjalankan kebaikan. Besarnya karunia Allah berupa ampunan atas segala dosa di bulan Ramadhan harus diimbangi dengan ibadah dan amal shalih yang lebih banyak dan berkualitas, sebagaimana firman Allah swt:
مَرِیضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرࣲ فَعِدَّةࣱ مِّنۡ أَیَّامٍ أُخَرَۗ یُرِیدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡیُسۡرَ وَلَا یُرِیدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُوا۟ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ)
“………Dan agar kamu sekalian menyempurnakan bilangan (puasamu), mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu dan agar kamu sekalian bersyukur”. (QS. Al-Baqarah: 185)
Ungkapan mengagungkan Allah yang tersebut pada ayat di atas setelah frase agar kamu sekalian menyempurnakan bilangan (puasamu) menurut mayoritas muufassirin maksudnya adalah bertakbir mengagungkan Allah swt di hari raya Idul Fithri karena berakhirnya ibadah Ramadhan yang dijalankan dengan penuh imanan wahtisaban, sehingga prestasi Ramadhan yang baik tersebut harus disyukuri dengan cara mengagungkan Allah dan memujiNya dengan mengumandangkan takbir tepat ketika berakhirnya puasa di akhir Ramadhan dan ketika memasuki hilal 1 Syawwal yang merupakan hari kebahagiaan dan kemenangan seorang yang beribadah Ramadhan
Apakah keshalihan dan keta’atan kita berakhir dengan berlalunya bulan Ramadhan? Terlebih saat kita amat sangat membutuhkan pertolongan Allah swt, dan bekerjasama bahu membahu untuk menghadapi situasi berat sebagai dampak dari pandemi covid 19?. Syawwal seharusnya menjadi alat ukur pertama keberhasilan Ramadhan seseorang sebelum bulan yang lainnya. Artinya, jika di bulan pertama setelah Ramadhan saja seseorang tidak mampu mempertahankan dan meningkatkan ibadahnya, bagaimana dengan bulan yang lebih jauh jarak waktunya dengan Ramadhan. Maka tidak salah jika para ulama memperhatikan bulan syawwal seperti memperhatikan bulan Ramadhan, karena nilai kedekatan antar kedua bulan tersebut.
Yang dihapuskan oleh Allah swt di bulan Ramadhan adalah dosa-dosa yang terkait dengan hubungan hamba dengan khaliqnya, bagaimana dengan dosa yang terkait dengan hubungan hamba dengan sesamanya. Syawwal hadir untuk menyempurnakan pengampunan dosa, karenanya bulan syawwal identik dengan momen silaturahim untuk saling memaafkan, berlapang dada, dan saling tolong menolong sehingga terjalin hubungan yang baik antar sesama hamba Allah setelah terjalin hubungan yang baik dengan Allah swt.
Zakat fithr (zakat fithrah) yang merupakan kewajiban setiap individu muslim tanpa terkecuali merupakan isyarat agar seseorang mampu berbaik dengan sesama saudaranya setelah ia dengan sungguh-sungguh berbaik dengan Allah swt. Zakat fithr adalah zakat yang istimewa, berbeda dengan zakat pada umumnya karena diwajibkan bagi siapapun, kaya maupun miskin, anak-anak maupun orang tua dengan kadar yang sama sesuai dengan nilai makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat tersebut, agar ia sempurna kembali kepada fithrah yang bersih dan suci. Bahkan zakat fithrah ini merupakan penyempurna ibadah Ramadhan kita, sebagaimana terdapat riwayat dalam Sunan Abu Daud, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dia berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ
“Rasulullah saw mewajibkan zakat fithrah sebagai penyucian orang puasa dari sia-sia dan kata jorok serta sebagai makanan untuk orang miskin.” (HR. Abu Daud)
Syawwal yang seringkali diidentikkan dengan suasana yang baru seharusnya tetap dikaitkan dengan Ramadhan, terutama terkait dengan ubudiyah dan menebar kebaikan. Jika tidak, maka seseorang cenderung memanfaatkan bulan syawwal dalam hal pemuasan atau pelampiasan nafsu yang sebelumnya tertahan dan terkendali. Padahal esensi syawwal diantaranya pengukur sekaligus penyempurna Ramadhan. Seorang yang berpuasa Ramadhan sebulan penuh hanya akan dinilai puasa satu tahun manakala ia menyempurnakannya dengan puasa enam hari di bulan syawwal, seperti sabda Rasulullah saw, dari sahabat Abu Ayyub Al Anshori ra:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Jama’ah Shalat Idul Fithri yang berbahagia
Nilai lain yang diharapkan hadir di hari fithri ini sebagai buah dari amaliah Ramadhan adalah spirit kebersamaan (ukhuwwah) yang tercermin dalam bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa (Al-Ma’idah: 2). Kebersamaan dalam beribadah dan beramal shalih, kebersamaan dalam memastikan hadirnya kebaikan dan sirnanya kemunkaran, kebersamaan dalam mencegah dan menghindar dari wabah, kebersamaan dalam membantu sesama, dan kebersamaan dalam merealisasikan cita-cita kebaikan bersama; kemerdekaan dan perdamaian abadi bagi seluruh manusia dalam menjalankan ibadah dan kehidupannya dengan sebaik-baiknya, terlebih saudara-saudara kita di Palestina. Karenanya Rasulullah saw mengingatkan tentang parameter kebaikan seseorang adalah dirujuk pada kemanfaatan dan menebar kebaikan kepada orang lain. Wabil khusus di masa pandemi ini yang sangat dijunjung tinggi kebersamaan dan saling sepenanggungan. Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad dan Thabrani).
Betapa sepanjang Ramadhan kita telah ditempa tentang kebersamaan dalam menjalankan kebaikan dan ketakwaan; shalat berjama’ah, buka bersama, memberi hidangan berbuka kepada sesama yang berpuasa, tilawah bersama, i’tikaf bersama, berusaha bersama meraih lailatul qadar, serta bersama pula mengagungkan Allah swt di hari kemenangan ini. Kebersamaan itulah pertanda dari kebaikan umat. Allah swt berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ
“Kalian adalah sebaik-baik umat, karena kalian selalu bersama memerintah kebaikan dan memcegah kemunkaran, serta beriman kepada Allah swt...”. (Ali Imran: 110)
Kebersamaan dalam kebaikan inipula yang akan menjadi kunci untuk meraih keberkahan Allah swt dalam beragam bentuknya, termasuk terhindar dari wabah pandemi dan berbagai musibah lainnya. Allah swt berfirman:
(وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ)
“Dan sekiranya semua penduduk sebuah negeri itu, bersama-sama mampu mengamalkan nilai-nilai iman dan takwa, maka Kami pasti akan bukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi…”. (Al-A’raf: 96). Rasulullah saw mengingatkan pentingnya kebersamaan dalam sabdanya:
عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .ن سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن
“Hendaklah kalian selalu dalam kebersamaan, dan tinggalkan perpecahan atau perselisihan. Karena setan itu bersama orang yang bersendirian dan setan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah surga, maka hendaklah selalu bersama. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min” (HR. Tirmidzi).
Di Pagi hari inipun kita bersama bertakbir mengagungkan Allah swt, menunaikan shalat Idul Fithri, dan saling maaf memaafkan, serta tetap dalam kebersamaan untuk meraihkan kebaikan dunia dan akhirat. Bersama bermunajat dan berdo’a untuk kebaikan seluruh umat, khususnya yang sedang menghadapi ujian penjajahan, seperti Palestina dan belahan dunia lainnya. Amiin yaa Rabbal Alamiin.
اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَر اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ـ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اَلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ . اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jama’ah Shalat Idul Fithri yang dimuliakan Allah
Sebagai wujud pelaksanaan akan perintah Allah dan Rasulullah saw, mari kita berdoa dan bermunajat di hari yang mulia ini untuk kebaikan kita, orang tua kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan umat Islam secara keseluruhan, tak terkecuali saudara-saudara kita di Palestina yang sedang berjuang menjaga Masjidil Aqsha, kiblat pertama umat Islam. Mudah-mudahan mereka senantiasa dalam perlindungan Allah swt dimanapun mereka berada, dan segera kita terbebas dari wabah covid 19 ini.
Mari kita awali doa dan munajat kita di hari mulia yang membahagiakan ini dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah saw:..
اللهم فصل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
بسم الله الرحمن الرحيم …الحمد لله رب العالمين…حمدا يوافى نعمه ويكافىء مزيده يارب لك الحمد ولك الشكر ولك الملك كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك….
اللهم اغفر لنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم واﻷموات برحمتك يا أرحم الراحمين
اللهم انصرنا فإنك خير الناصرين وارزقنا فإنك خير الرازقين وافتح علينا فآنك خير الفاتحين وتب علينا فإنك أنت التواب الرحيم واهدنا ووفقنا للعمل بما فيه صلاح الإسلام والمسلمين
اللهم انصر المسلمين والمسلمات فى كل مكان وفى كل زمان، خاصة فى فلسطين وسائر بلاد المسلمين. اللهم انصرهم نصرا عزيزا مقتدرا يا عزيز ياجبار يا أكرم الأكرمين
اللهم إنا نعوذبك من البرص والجنون والجذام ومن سيئ الأسقام
اللهم ادفع عنا البلاء والوباء والفحشاء والمحن والفتن والزلازل والمنكرات وسوء الأخلاق
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين